SUKABUMI- BIDIK – KASUSNEWS.COM – Maraknya praktik pinjaman online (Pinjol) yang menjerat masyarakat menjadi perhatian serius PT Malahayati Nusantara Raya. Melalui program New Member Training Malahayati yang digelar di Hotel Augusta, Jalan Raya Cikukulu Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Minggu (15/6/2025).
Perusahaan yang memiliki satu kantor pusat, delapan kantor cabang dan satu kantor UMKM tersebut hadir untuk menyelamatkan warga Sukabumi dari tekanan utang digital yang semakin brutal.
Kegiatan pelatihan ini tidak hanya menguatkan mental para peserta, tetapi juga membuka fakta kelam di balik operasional Pinjol.
Ancaman sebar data, intimidasi, hingga teror dari debt collector menjadi bagian dari realitas yang dialami korban. Malahayati membekali mereka dengan pemahaman dan langkah perlindungan yang tepat.
Wakil CEO Regional 2 PT Malahayati, Arif Rochman, mengatakan bahwa apa yang dilakukan pihaknya lahir dari pengalaman pribadi para pendiri. “Kami pernah terjerat, pernah takut, tapi kini kami bangkit. Maka kami ingin orang lain tidak perlu mengalami hal sama terlalu lama,” ungkapnya.
Menurutnya, para pengguna aplikasi Pinjol sering kali tidak menyadari konsekuensi hukum dan psikologisnya. Bahkan, dari 170 aplikasi yang beredar, hanya sebagian kecil yang benar-benar berhubungan dengan sistem keuangan resmi.
Namun, ketakutan membuat masyarakat merasa harus patuh, meski mengorbankan kebutuhan dasar keluarga.
“Berbeda dengan perbankan yang bersifat formal dan terpantau, Pinjol bekerja tanpa wajah. Nasabah tidak tahu siapa lawannya, dan di situlah rasa gentar itu tumbuh,” lanjut Arif. Hal inilah yang menjadi alasan Malahayati turun tangan secara langsung sebagai pelindung dan pendamping korban.
Arif juga menegaskan bahwa secara yuridis, perkara gagal bayar Pinjol masuk ranah hukum perdata, bukan pidana. Namun minimnya edukasi membuat banyak korban merasa menjadi pelaku kejahatan. “Kami ingin masyarakat berani, bukan karena nekat, tapi karena paham haknya,” tegasnya.
Melalui Malahayati, banyak peserta kini mulai berani angkat kepala. Dari yang awalnya terpuruk dalam ketakutan, kini mereka justru menjadi pejuang digital yang lebih sadar dan tangguh. “Sistem buruk hanya bisa dilawan dengan sistem yang baik. Itu yang kami bangun di sini,” tutup Arif.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Cabang Malahayati Sukabumi, Sayuti, yang menyampaikan bahwa gerakan serupa akan terus digelar di berbagai daerah untuk memperluas dampak positif dan membangun keberanian kolektif menghadapi Pinjol ilegal. USEP