SUKABUMI – BIDIK – KASUSNEWS.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi merilis angka inflasi tahunan (year on year/YoY) per April 2025 yang mencapai 2,74 persen, naik dari 2,51 persen pada periode yang sama tahun lalu.
“Angka YoY mencerminkan perubahan harga dari April 2024 hingga April 2025, dan dipengaruhi inflasi bulanan terutama antara April hingga Juli,” ujar Kepala BPS Kota Sukabumi, Urip Santoso, Kamis (15/5/2025).
Ia menjelaskan, selain YoY, inflasi year to date (YtD) atau dari Januari hingga April 2025 juga tercatat sebesar 1,78 persen. Tren tahunan menunjukkan Desember kerap menjadi puncak inflasi setiap tahunnya.
Untuk semester berikutnya, target inflasi ditetapkan sebesar 6,5 persen dengan batas toleransi ±1 persen. Namun Urip menilai inflasi sebaiknya dijaga di kisaran 2,5 hingga 3 persen. “Butuh sinergi lintas sektor agar stabilitas harga tetap terjaga,” tegasnya.
Kelompok pengeluaran yang paling mendorong inflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau. Di dalamnya, konsumsi kopi dan rokok menjadi kontributor utama. “Kopi kini jadi konsumsi lintas usia, bahkan anak-anak, ini perubahan pola yang signifikan,” ungkap Urip.
Sumbangan inflasi juga datang dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya seperti emas perhiasan. Sementara harga buah, sayur, pakaian, dan alas kaki terpantau relatif stabil dan tidak memberi tekanan berarti.
Urip juga mengungkapkan bahwa BPS rutin memantau pola konsumsi masyarakat melalui survei biaya hidup tahunan. Survei terakhir dilakukan pada 2022 dan akan kembali dilaksanakan pada 2026 atau 2027.
Ia menambahkan bahwa analisis dan prediksi inflasi bukan hanya domain BPS. “Siapa pun, termasuk akademisi dan pengamat, bisa ikut menganalisis tren inflasi karena datanya terbuka,” ucapnya.
Sebagai lembaga statistik resmi, BPS tak hanya mencatat angka, tapi juga menyediakan data sebagai dasar pengambilan kebijakan daerah. “Angka inflasi jadi indikator penting untuk menjaga daya beli dan ketahanan ekonomi masyarakat,” tutur Urip.
Ia juga mengajak masyarakat lebih cermat dalam mengelola pengeluaran. “Prioritaskan kebutuhan pokok yang harganya lebih stabil. Konsumsi bijak akan sangat membantu pengendalian inflasi,” pungkasnya. DADANG