JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara, 4 Agustus 2025 — Sebagai wujud solidaritas dan kepedulian sosial, DPC Squad Nusantara Srikandi Jepara melaksanakan kegiatan tahjiah dan pemberian santunan kepada keluarga almarhum Bapak Rusnadi pada hari Senin, 4 Agustus 2025. Kegiatan ini berlangsung khidmat di kediaman almarhum yang beralamat di Keling Ngancar, RT 1 RW 05, Jepara. Dipimpin langsung oleh Ketua Srikandi, Ibu Riana Shofa, serta didampingi oleh Bendahara, Ibu Dian, beserta jajaran pengurus lainnya, kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Srikandi Squad Nusantara untuk terus hadir di tengah masyarakat, khususnya dalam momen-momen duka. “Ini adalah bentuk empati kami sebagai bagian dari keluarga besar Squad Nusantara. Kami berharap kehadiran kami bisa sedikit meringankan beban keluarga yang ditinggalkan,” ujar Ibu Riana Shofa. Selain doa bersama untuk almarhum, rombongan Srikandi juga menyerahkan santunan sebagai bentuk kepedulian dan dukungan moral kepada keluarga yang ditinggalkan. Kegiatan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa rasa kebersamaan dan kekeluargaan harus selalu dijaga, terutama dalam masa-masa sulit. Melalui kegiatan seperti ini, DPC Squad Nusantara Srikandi berharap dapat terus menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat, serta menebar manfaat dan kebaikan secara nyata.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara, 4 Agustus 2025 — Dalam suasana penuh kekhidmatan dan empati, DPC Srikandi Squad Nusantara melaksanakan kegiatan tahjiah dan santunan di rumah duka almarhum ayahanda dari Bendahara DPC, yang berlokasi kec keling di RW 4 dan RW 7, Desa Kling Ngasem, Sutamar. Acara ini berlangsung pada Senin (4/8/2025), dipimpin langsung oleh Ketua Srikandi, Ibu Riana Shofa, dan dihadiri oleh jajaran pengurus serta anggota Srikandi lainnya. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kepedulian dan solidaritas internal Srikandi terhadap keluarga besar anggotanya yang sedang berduka. Selain melantunkan doa bersama untuk almarhum, DPC Srikandi juga turut memberikan santunan sebagai bentuk dukungan moral dan materi kepada keluarga yang ditinggalkan. “Kami hadir bukan hanya sebagai organisasi perempuan yang aktif di sosial kemasyarakatan, tetapi juga sebagai keluarga besar yang saling menopang dalam suka dan duka. Ini adalah wujud empati dan kebersamaan yang menjadi ruh perjuangan Srikandi Squad Nusantara,” ujar Ibu Riana Shofa. Dengan semangat gotong royong dan kekeluargaan, kegiatan ini sekaligus memperkuat silaturahmi antaranggota dan masyarakat sekitar. Harapannya, nilai-nilai kemanusiaan seperti ini dapat terus dirawat dan diwariskan dalam setiap gerakan sosial yang dilakukan Srikandi Squad Nusantara di berbagai wilayah.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara, 4 Agustus 2025 — Tidak ada institusi yang bisa bekerja sendiri dalam menjaga stabilitas wilayah. Prinsip inilah yang mendasari kunjungan jajaran Kodim 0719 dan Polsek Jepara ke Rutan Kelas IIB Jepara pada Senin (4/8). Kunjungan tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penguatan sinergi antar-lembaga demi menciptakan Jepara yang lebih aman, tertib, dan harmonis. Kepala Rutan Jepara, Renza Maisetyo, menyambut langsung kedatangan perwakilan Kodim dan Polsek. Suasana penuh kehangatan dan keterbukaan menyelimuti pertemuan tersebut. Dalam sambutannya, Renza menekankan pentingnya kerja sama yang konsisten dan berkesinambungan. > “Kita semua punya tujuan yang sama: menjaga Jepara tetap aman. Sinergi seperti ini adalah fondasi kuat dalam mewujudkan stabilitas sosial,” ujar Renza. Dalam sesi dialog yang berlangsung santai namun penuh makna, ketiga institusi membahas strategi kolaboratif untuk menghadapi berbagai tantangan keamanan di wilayah Jepara, termasuk isu-isu kerawanan sosial, pengawasan narapidana, hingga upaya pencegahan gangguan kamtibmas dari dalam maupun luar Rutan. Kunjungan ini juga menjadi bentuk penguatan koordinasi dalam penanganan situasi darurat, serta sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya pemasyarakatan yang telah dilakukan oleh pihak Rutan. Perwakilan Kodim 0719 menambahkan bahwa keterlibatan TNI dalam pengamanan bukan hanya pada skala nasional, tetapi juga harus menyentuh level institusi seperti Rutan. > “Rutan adalah bagian penting dalam sistem hukum kita. Menjaga keamanannya berarti menjaga kepercayaan masyarakat terhadap keadilan,” ucapnya. Sementara itu, pihak Polsek Jepara menekankan bahwa kunjungan seperti ini akan rutin dilakukan sebagai bentuk komitmen kepolisian dalam mendukung lembaga pemasyarakatan. Langkah bersama ini diharapkan menjadi simbol sinergi nyata antar lembaga. Bukan hanya soal keamanan, tapi juga bagaimana membangun semangat kolektif dalam melayani dan melindungi masyarakat Jepara.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com JATENG -3-Agustus-2025– Di tengah polemik pemblokiran rekening bank tidak aktif secara massal oleh PPATK, sorotan publik justru ikut mengarah pada sosok di balik lembaga tersebut: Ivan Yustiavandana, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Masyarakat ramai bertanya—sebenarnya siapa dia? Dan berapa besar kekayaan yang dimilikinya? Pertanyaan itu terjawab dari laporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) yang diakses per 31 Juli 2025. Ivan diketahui memiliki total kekayaan sebesar Rp9,38 miliar setelah dikurangi utang pribadi sebesar Rp2,9 miliar. Namun, angka tersebut hanya satu bagian dari cerita besar tentang bagaimana seorang pejabat negara mengelola hartanya secara terbuka, di tengah meningkatnya kepercayaan publik terhadap transparansi pejabat. Tanah di Depok, Warisan di Ngawi Jika ada satu hal yang mendominasi harta Ivan, itu adalah properti. Dari tujuh bidang tanah dan bangunan, sebagian besar berlokasi di Kota Depok, sementara satu di antaranya merupakan warisan keluarga di Kabupaten Ngawi. Nilainya tidak main-main—total properti yang ia laporkan mencapai Rp6,9 miliar. Beberapa di antaranya adalah: Tanah dan bangunan di Depok dengan luas 187 m²/172 m² senilai Rp1,8 miliar Tanah 150 m² di Depok seharga Rp1,5 miliar Sebidang warisan di Ngawi seluas 2.070 m² senilai Rp1 miliar Dengan nilai yang signifikan, terlihat jelas bahwa sektor properti menjadi pondasi utama portofolio kekayaan Ivan. Mobil Mewah & Klasik: Dari Zenix ke VW Beetle 1972 Di luar tanah, Ivan juga mencatat dua kendaraan dalam laporannya. Salah satunya modern dan praktis: Toyota Innova Zenix SUV tahun 2023 senilai Rp550 juta. Namun yang paling menarik perhatian justru mobil keduanya: VW Beetle Sedan tahun 1972, mobil klasik yang punya nilai historis dan simbol gaya hidup vintage. Mobil-mobil ini menambah koleksi kekayaannya di kategori alat transportasi sebesar Rp650 juta. Kas Miliaran dan Investasi Lainnya Ivan juga mencatat harta dalam bentuk kas dan setara kas sebesar Rp3,7 miliar, yang menunjukkan tingkat likuiditas tinggi. Selain itu, ada: Harta bergerak lainnya: Rp255 juta Surat berharga: Rp87 juta Harta lainnya: Rp688 juta Total seluruh aset sebelum dikurangi utang tercatat Rp12,28 miliar. Di Tengah Sorotan, Transparansi Jadi Kunci Ramainya keluhan atas pemblokiran rekening dormant menjadikan PPATK sebagai sorotan utama. Banyak warga yang mempertanyakan prosedur dan dampaknya terhadap keuangan pribadi mereka. Namun di tengah situasi itu, Ivan menunjukkan sikap terbuka dengan pelaporan harta secara detail ke publik. Dengan gaya hidup yang tampaknya sederhana namun cermat dalam berinvestasi, Ivan Yustiavandana kini berada dalam dua posisi sekaligus: sebagai pemimpin lembaga yang menangani transaksi keuangan mencurigakan, sekaligus figur publik yang harus siap menerima sorotan dari berbagai sisi. Publik tentu berharap bahwa transparansi ini bukan sekadar formalitas, tetapi cerminan integritas dari pejabat publik di era yang menuntut akuntabilitas lebih tinggi.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara, 2 Agustus 2025 – Menyambut bulan kemerdekaan Republik Indonesia, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Jepara melaksanakan pembebasan terhadap dua orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) melalui mekanisme amnesti. Kedua WBP tersebut telah memenuhi seluruh kriteria administratif dan substantif yang ditetapkan pemerintah dalam program pembebasan ini. Proses amnesti tidak diberikan sembarangan. Persyaratan administratif yang dipenuhi antara lain mencakup kutipan putusan dari Pengadilan Negeri, berita acara pelaksanaan putusan dari Kejaksaan, hingga surat keterangan bebas perkara lainnya. Sementara itu, dari sisi substantif, WBP yang bersangkutan telah menjalani minimal dua pertiga masa pidana, menunjukkan perilaku baik, tidak melakukan pelanggaran selama enam bulan terakhir, serta mengikuti program pembinaan dengan aktif. “Proses ini telah melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) dan mendapat persetujuan dari Ditjen Pemasyarakatan. Setelah surat keputusan amnesti diterbitkan, kami langsung melaksanakan pembebasan,” jelas Kepala Rutan Jepara. Meski telah dibebaskan, kedua mantan WBP ini tetap diwajibkan untuk menjalani bimbingan dan pengawasan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas). Mereka harus melapor secara berkala sebagai bagian dari pengawasan lanjutan. Program amnesti ini bukan hanya bentuk penghargaan atas perubahan perilaku selama menjalani pidana, tetapi juga bagian dari pendekatan humanis sistem pemasyarakatan. Negara hadir tidak hanya untuk menghukum, tetapi juga memberi ruang rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Pemerintah berharap melalui langkah ini, para mantan WBP dapat kembali menjalani kehidupan secara normal dan menjadi bagian produktif dalam lingkungan sosialnya. Momentum ini juga menjadi pengingat bahwa semangat kemerdekaan sejatinya adalah tentang memberi kesempatan dan harapan baru bagi setiap warga negara, termasuk mereka yang pernah tersandung masalah hukum.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com SEMARANG – Suasana hangat terasa dalam program talkshow “Sapa Jateng” yang digelar Kompas TV Semarang pada Jumat (1/8/2025), saat Bupati Jepara, H. Witiarso Utomo atau yang lebih dikenal dengan sapaan Mas Wiwit, hadir sebagai tamu utama. Dalam bincang santai tersebut, Mas Wiwit menyampaikan berbagai gagasan dan gebrakan pembangunan yang kini menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Jepara. Mengawali pembicaraan, Mas Wiwit mengungkapkan kekayaan alam dan budaya Jepara yang belum tergarap secara maksimal, terutama di sektor pariwisata. “Karimunjawa adalah salah satu permata Jepara. Potensinya luar biasa, tapi perlu perhatian serius dalam pengelolaannya,” ucapnya. Pemerintah, lanjut Mas Wiwit, telah menyusun strategi komprehensif, termasuk memberikan pelatihan kepada para pelaku wisata agar tidak hanya mampu melayani wisatawan, tetapi juga memiliki kesadaran dalam menjaga lingkungan. “Kita ingin pariwisata tumbuh, tapi tetap berkelanjutan,” jelasnya. Lebih jauh, Mas Wiwit juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur sebagai fondasi kemajuan daerah. Jalan-jalan yang sebelumnya rusak perlahan mulai diperbaiki, fasilitas umum diperbaharui, dan setiap kecamatan diarahkan untuk mengembangkan destinasi wisata masing-masing. “Setiap kecamatan punya potensi. Kita fasilitasi agar bisa jadi pusat kegiatan wisata dan UMKM,” katanya. Tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, Bupati Jepara itu juga memaparkan inovasi di bidang ekonomi kerakyatan. Salah satunya melalui program “ASN Berdaya”, yaitu gerakan yang melibatkan aparatur sipil negara untuk menjadi pelopor dalam mendukung ketahanan pangan daerah. Melalui kegiatan pertanian terpadu, ASN diharapkan bisa menjadi contoh langsung bagi masyarakat. Nantinya, hasil pertanian dari program ini akan dikelola oleh Perusahaan Daerah (Perusda). “ASN bukan hanya pekerja birokrasi. Mereka punya potensi untuk menginspirasi. Kalau program ini berhasil, kita akan dorong masyarakat umum untuk ikut,” ujar Mas Wiwit dengan penuh optimisme. Di akhir sesi, Mas Wiwit menyampaikan beberapa capaian awal dalam 100 hari kerjanya, mulai dari proyek irigasi, penguatan sektor pertanian, hingga penanganan berbagai persoalan dasar masyarakat. Ia mengakui bahwa tantangan di lapangan tidak ringan, tetapi keyakinan dan kerja sama menjadi modal utama dalam mewujudkan perubahan.(Wely-jateng) Sumber: Diskominfo jepara

JATENG – Bidik-Kasusnews.com | Pati — Suasana khidmat menyelimuti halaman Mapolresta Pati pada Jumat pagi, 1 Agustus 2025. Mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai, jajaran kepolisian mengikuti upacara serah terima jabatan Wakapolresta, pengambilan sumpah jabatan, serta laporan kenaikan pangkat pengabdian. Upacara yang dipimpin langsung oleh Kapolresta Pati, Kombes Pol Jaka Wahyudi ini menjadi momentum penting bagi institusi Polri di wilayah Pati. Selain rotasi jabatan, upacara juga menjadi ruang refleksi atas semangat pengabdian dan pembaruan organisasi. “Hari ini kita sama-sama diberi kesehatan untuk hadir dalam upacara ini. Mari kita syukuri sebagai anugerah dan semangat baru dalam menjalankan amanah,” ucap Kapolresta Pati dalam amanat pembukaannya. Salah satu momen penting dalam upacara ini adalah pergantian jabatan Wakapolresta Pati dari Kombes Pol Dandy Ario Yustiawan kepada AKBP Petrus Parningotan Silalahi. Seremoni disaksikan oleh Ketua Bhayangkari Cabang Kota Pati beserta jajaran, para pejabat utama, serta seluruh Kapolsek di wilayah hukum Polresta Pati. Dalam sambutannya, Kapolresta menyampaikan bahwa rotasi jabatan merupakan bagian dari strategi pembinaan personel Polri secara berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa mutasi adalah bentuk penyegaran dan pengembangan organisasi. “Mutasi jabatan di tubuh Polri adalah dinamika yang sehat. Ini bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari perencanaan jangka panjang untuk menjawab tantangan yang makin kompleks,” tegas Kapolresta. Ia menambahkan, setiap rotasi dilakukan melalui proses evaluasi menyeluruh, mempertimbangkan profesionalisme, rekam jejak, dan integritas personel. “Kami ingin memastikan bahwa setiap jabatan diisi oleh sosok yang memiliki komitmen dan kapasitas untuk bekerja tuntas dan cepat,” ujar Kombes Pol Jaka Wahyudi. Apresiasi setinggi-tingginya pun diberikan kepada Kombes Pol Dandy Ario Yustiawan atas dedikasi dan kinerjanya selama menjabat Wakapolresta. Kapolresta menyebut, kontribusi positif pejabat lama menjadi pondasi penting dalam mewujudkan Polri yang adaptif dan profesional. “Saya ucapkan terima kasih kepada Kombes Dandy. Banyak terobosan yang telah dilakukan dan saya harap warisan positif itu terus dikembangkan oleh pejabat baru,” tuturnya. Kepada AKBP Petrus Parningotan Silalahi, Kapolresta memberikan arahan agar melanjutkan program kerja dengan pendekatan kolaboratif dan evaluatif. Ia meyakini, dengan rekam jejak dan latar belakang pendidikan, Wakapolresta yang baru dapat segera beradaptasi. “Saya percaya AKBP Petrus mampu mengemban tugas ini dengan integritas tinggi dan jiwa kepemimpinan yang kuat,” ucapnya yakin. Selain Wakapolresta, beberapa pejabat lain juga menerima amanah baru, di antaranya AKP Ali Mahmudi, sebagai Kasatsamapta, AKP Mudofar, sebagai Kapolsek Juwana, IPTU Muhamad Setiawan, sebagai Kapolsek Batangan, dan IPTU Warsono sebagai Kapolsek Jaken. Kepada para perwira tersebut, Kapolresta menegaskan pentingnya memahami wilayah tugas, cepat tanggap terhadap gangguan kamtibmas, serta mampu memberi laporan secara cepat dan akurat kepada pimpinan. “Kenali medan, pahami potensi kerawanan, dan bangun hubungan sinergis dengan masyarakat,” perintah Kapolresta dalam arahannya. Di sisi lain, momen kenaikan pangkat pengabdian yang diterima IPDA Darto turut menjadi sorotan. Kenaikan ini diberikan atas dasar loyalitas dan dedikasi selama bertugas di Kepolisian Negara Republik Indonesia. “Kenaikan pangkat pengabdian adalah bentuk penghargaan tertinggi atas konsistensi dan kesetiaan dalam menjalankan tugas. Ini patut jadi contoh bagi seluruh anggota,” ujar Kapolresta. Sebagai penutup, Kapolresta mengajak seluruh personel Polresta Pati untuk terus menjaga semangat pengabdian, bekerja secara profesional, dan menempatkan pelayanan masyarakat sebagai prioritas utama. “Mari kita jaga marwah institusi ini dengan kerja yang jujur, cerdas, dan penuh keikhlasan. Tugas kita adalah ibadah, pengabdian, dan bentuk cinta kepada bangsa,” pungkas Kombes Pol Jaka Wahyudi.(Kasnadi) Sumber:(Humas Polresta Pati)

JATENG:Bidik-kasusnews.com SEMARANG — 1-Agustus-2025 pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) masih menghadapi jalan berliku. Meski telah banyak tenaga honorer yang dinyatakan lulus seleksi, sebagian besar di antaranya belum juga diangkat secara resmi akibat hambatan struktural di tingkat daerah. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Zudan Arif Fakhrullah, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut, yang menurutnya disebabkan oleh dua hal krusial: tidak adanya pengajuan formasi dari pemerintah daerah dan keterbatasan anggaran. > “Kita tidak bisa mengangkat ASN bila daerah tidak minta formasi,” ujar Zudan dalam rapat koordinasi penyelesaian masalah PPPK di Kantor BPSDMD Jawa Tengah, dikutip dari Kompas.com, Jumat (1/8/2025). Ia menambahkan bahwa beberapa daerah, bahkan, sama sekali tidak mengajukan formasi untuk tenaga honorer yang sebelumnya telah dinyatakan lulus dalam kategori R1—mereka yang mestinya menjadi prioritas utama dalam pengangkatan. Permasalahan semakin rumit ketika kemampuan fiskal daerah juga menjadi penghambat. Banyak pemda yang tidak memiliki cukup dana untuk menanggung beban gaji PPPK secara penuh waktu. > “Beberapa daerah fiskalnya sangat tipis. Duitnya enggak ada. Kalau punya (anggaran), usulkan penuh waktu. Kalau tidak, ajukan paruh waktu,” kata Zudan, seperti dikutip dari Kompas.com 1/7/2025. Sebagai respons, BKN mendorong skema PPPK paruh waktu untuk daerah-daerah yang mengalami keterbatasan anggaran. Skema ini dianggap sebagai solusi sementara agar proses pengangkatan tetap berjalan tanpa menabrak batas kemampuan APBD masing-masing daerah. Lebih jauh, Zudan mengingatkan bahwa tahun 2025 merupakan tahun terakhir afirmasi bagi pengangkatan tenaga honorer. Artinya, setelah tahun ini, seluruh proses rekrutmen ASN akan kembali ke jalur seleksi reguler seperti CPNS dan CASN. > “Tahun depan enggak ada lagi. Kalau daerah enggak mengajukan formasi dan anggaran, ya enggak selesai. Selesai sudah,” tegasnya. Dalam roadmap penyelesaian tenaga honorer, pemerintah telah mengelompokkan para peserta seleksi PPPK ke dalam beberapa kategori, yakni R1 hingga R5. BKN menargetkan kelompok R1, R2, dan R3 dapat diselesaikan lebih dulu, sementara R4 dan R5 akan menyusul tergantung kesiapan anggaran dan formasi. Kebijakan ini menjadi pengingat keras bagi pemda untuk lebih aktif dan responsif. Tanpa keterlibatan konkret dari daerah, nasib ribuan tenaga honorer berpotensi menggantung di akhir masa transisi ini.(Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara – Suasana serius namun hangat menyelimuti Aula Mapolres Jepara pada Jumat (1/8/2025) pagi. Sejumlah unsur pimpinan daerah tampak hadir, duduk bersama dalam satu forum koordinasi lintas sektoral yang diinisiasi Polres Jepara, Polda Jawa Tengah. Tujuannya jelas: menyatukan langkah dalam mencegah dan menangani potensi konflik sosial di wilayah Kabupaten Jepara. Rapat koordinasi ini dipimpin langsung oleh Kapolres Jepara AKBP Erick Budi Santoso, yang menekankan pentingnya keterpaduan antarlembaga untuk mendeteksi dan merespons persoalan sosial secara cepat dan tepat. Hadir dalam forum tersebut antara lain Kabag Pemerintahan Setda Jepara Anwar Sadat, Kapten Inf Ngadino selaku Pasiter Kodim 0719/Jepara, perwakilan dari Kesbangpol, Korwil BIN Jepara, serta para Kapolsek dan pejabat utama Polres Jepara. Dalam arahannya, Kapolres menyampaikan bahwa dinamika sosial di tengah masyarakat perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak. Mulai dari perselisihan antar kelompok, aksi unjuk rasa, hingga tawuran pemuda dapat menjadi sumber konflik yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan. > “Butuh sinergi yang nyata dan komunikasi yang terbuka antar instansi. Jangan sampai masalah kecil berkembang jadi konflik besar karena terlambat ditangani,” tegas AKBP Erick. Rakor juga membahas beberapa isu aktual seperti konvoi kendaraan yang meresahkan, sweeping sepihak, hingga aksi massa spontan. Semua itu dinilai berpotensi menimbulkan ketegangan di masyarakat jika tidak diawasi dan direspons dengan bijak. Sejumlah peserta rakor turut menyampaikan paparan situasi di wilayah masing-masing serta strategi pencegahan yang tengah dijalankan. Diskusi berjalan dinamis, memperlihatkan semangat kolaborasi yang kuat antar unsur Forkopimda. Sebagai penutup, disepakati komitmen bersama untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dan membangun sistem deteksi dini yang lebih efektif. Semua elemen sepakat bahwa menjaga kondusivitas Jepara adalah tanggung jawab bersama. (Wely-jateng)

JATENG:Bidik-kasusnews.com Jepara, 31 Juli 2025 – Di tengah tembok tinggi dan pagar besi yang membatasi langkah, para warga binaan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Jepara tetap merawat harapan. Kamis pagi (31/7), suasana Masjid At-Taubah terasa berbeda. Gemuruh rebana, syair shalawat, dan lantunan Maulid Nabi menggema, membuka kegiatan pembinaan kerohanian Islam yang rutin dilaksanakan setiap pekan. Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB ini bukan sekadar rutinitas keagamaan. Bagi para warga binaan, inilah momen ketika mereka merasa kembali menjadi manusia seutuhnya—disapa, didengarkan, dan dibimbing dalam jalan spiritual. Ustadz Amin Marzuqi dari Kementerian Agama (Kemenag) Jepara hadir membawakan tausiyah yang membumi dan menyentuh. Ia mengingatkan, > “Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Allah SWT adalah saat bersujud. Maka jangan pernah lelah berdoa.” Kata-kata itu menusuk ke relung hati sebagian peserta. Di antara mereka ada yang menunduk menahan air mata, ada pula yang menggenggam sajadah lebih erat—seakan meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan untuk berubah. Dalam ceramahnya, Ustadz Amin menekankan bahwa penjara bukan akhir dari segalanya. “Jangan pernah berpikir hidup kalian selesai di sini. Ini adalah jeda, bukan titik akhir. Gunakan waktu untuk memperbaiki diri dan menata masa depan,” ujarnya penuh empati. Kepala Rutan Jepara, Renza Maisetyo, menegaskan pentingnya pembinaan spiritual dalam proses pemasyarakatan. > “Kami ingin warga binaan tidak hanya menjalani hukuman, tetapi juga proses penyembuhan. Keimanan adalah fondasi penting untuk mereka bangkit dan kembali ke masyarakat dengan bekal yang lebih baik,” jelasnya. Didampingi oleh petugas dari Staf Pelayanan Tahanan, kegiatan berlangsung dengan tertib dan penuh khidmat. Para WBP tampak larut dalam suasana keagamaan, seolah menemukan pelipur lara dari keterbatasan yang mereka hadapi. Masjid At-Taubah hari itu bukan hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga ruang pemulihan jiwa. Di sana, harapan tumbuh kembali, perlahan namun pasti—dimulai dari sujud yang tulus kepada Sang Pencipta. (Wely-jateng)